Thursday, June 16, 2011

Segenggam Garam




Sedang saya asyik bermain-main dengan gelas yang mengandungi air suam dan merenung sendirian di dapur rumah,pada saat itu datang kawan saya yang berambut kental duduk di kerusi sebelah saya.

"cuba kamu masukkan segenggam garam ke dalam gelas itu,"arahnya kepada saya.

"masin la beb,"jawab saya dengan muka ketat

kawan saya yang berambut kental ketawa kecil melihat gelagat saya setelah meminum yang masin itu.

"sekarang kamu ikut aku,"kata kawan saya yang berambut kental.

kami bersama menuju ke sungai yang berada berhampiran dengan rumah taman yang kami sewa dengan membawa segenggam garam.

"ambil garam ni dan taburkan ia kedalam sungai,kemudian kamu minum air sungai itu,"suruh kawan saya yang berambut kental

saya pun mengambil garam yang berada didalam genggaman tangan kawan saya yang berambut kental,kemudian menaburkan garam tersebut ke sungai.Saya mengambil air sungai menggunakan tangan dan meminum air tersebut.

"aaahhh,airnya sungguh segar,"kata saya sambil mengelap bibir dengan telapak tangan.

"adakah ada rasa masin garam yang kamu taburkan tadi ke dalam sungai,"tanya kawan saya yang berambut kental

"tidak ada rasa masin,"kata saya sambil mengambil air sungai untuk membasuh muka.

"ermm..begitu juga dengan segala masalah dalam hidup ini seperti segenggam garam,tidak kurang dan juga tidak lebih,"kata kawan saya yang berambut kental.

"hanya segenggam garam,banyaknya masalah yang kamu hadapi atau sebesar mana pun masalah tersebut semuanya itu ditentukan oleh Allah bersesuaian dengan kamu,jumlahnya tetap tidak berkurang dan juga tidak bertambah.Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun begitu,tidak akan lepas dari menghadapi masalah dan penderitaan,"kata kawan saya yang berambut kental sambil meletakkan kedua-dua tangannya kedalam air sungai tersebut untuk merasa kesejukan air sungai barangkali.

saya terdiam sejenak dan bermonolog seorang diri,betul juga apa yang diperkatakan itu.

"tapi,rasa masin dari penderitaan yang dialami sangat bergantung kepada besarnya hati yang menampungnya,jadi berhentilah jadi gelas.Jadikan hati di dalam dadamu seperti sungai ini.,"sambung kawan saya yang berambut kental.








No comments:

Post a Comment